A.Pengertian benchmarking menurut para ahli
Istilah benchmarking ini banyak digunakan dalam dunia bisnis. Roger Milliken menjuluki benchmarking sebagai “stealing shamelessly” yang artinya mencuri tanpa rasa malu. Namun definisi Roger tersebut disangkal oleh Edwards Deming, yang mengatakan bahwa bagaimanapun benchmarking bukanlah sekedar metode menjiplak dari perusahaan lain.
Pengertian dari Deming tersebut diperkuat oleh Fred Bowers yang mendefinisikan bahwa benchmarking adalah proses belajar bagi organisasi, yang mencontoh proses belajar manusia.
Istilah lain dari benchmarking adalah patok duga, meniru dengan memodifikasi (imitation with modification). Maksudnya, sebuah lembaga pendidikan akan “mematok” lembaga pendidikan lain yang mereka anggap sebagai pesaing terberat, lalu bila dibandingkan, “menduga” lembaga mereka berada pada posisi setinggi apa.
Akan tetapi konsep patok duga seringkali disalah artikan. Banyak yang beranggapan bahwa patok duga adalah sesuatu yang ilegal, tidak bermoral, tidak etis, penjiplakan, maupun spionase industri. Konsep yang salah ini juga beranggapan bahwa salah satu pihak memperoleh keuntungan dari pesaing yang tidak menaruh curiga dengan cara sembunyi sembunyi meniru produk atau proses pesaingnya.
Namun kenyataannya tidaklah demikian, patok duga melibatkan dua organisasi yang sebelumnya telah sepakat untuk membagi informasi mengenai proses dan operasinya.
Kedua organisasi tersebut memperoleh keuntungan dari pertukaran informasi yang dilakukan. Masing-masing pihak pun bebas untuk tidak memberikan informasi yang dianggap rahasia. Selanjutnya, terdapat berbagai definisi mengenai benchmarking (patok duga) oleh beberapa para ahli, sebagai berikut:
1.Gregory H. Watson mendefinisikan patok duga sebagai pencarian secara berkesinambungan dan penerapan secara nyata praktik-praktik yang lebih baik yang mengarah pada kinerja kompetitif yang unggul.
2.Robert Camp menyatakan bahwa patok duga adalah proses pengukuran yang kontinyu menyangkut produk, jasa dan prakti-praktik terhadap kompetitor terbaik.
3.David Kearns (CEO dari Xerox) mengatakan bahwa patok duga adalah suatu proses pengukuran terus-menerus atas produk, jasa, dan tata cara kita terhadap pesaing kita yang terkuat atau badan usaha lain yang dikenal sebagai yang terbaik.
4.IBM mendefinisikan patok duga merupakan suatu proses terus-menerus untuk menganalisis tata cara terbaik di dunia dengan maksud menciptakan dan mencapai sasaran dan tujuan dengan prestasi kelas dunia.
5.Teddy Pawitra mendefinisikan patok duga sebagai suatu proses belajar yang berlangsung secara sistematik dan terus-menerus di mana setiap bagian dari suatu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan terbaik atau pesaing yang paling unggul.
6.Goetsch dan Davis mendefinisikan patok duga sebagai proses pembandingan dan pengukuran operasi atau proses internal organisasi terhadap mereka yang terbaik dalam kelasnya, baik dari dalam maupun dari luar industri.
7.Menurut Nisjar dan Winardi di dalam Tjuju menyatakan bahwa benchmarking dapat dirumuskan sebagai aktivitas imitation with modification, dimana di dalam istilah modification sudah terkandung makna improvement.
8.Menurut Widiyarti dan Suranto benchmarking diartikan sebagai studi banding atau perbandingan standar kerja yang ada, yang mewakili kinerja proses atau kegiatan terbaik lain yang sangat serupa dengan proses kegiatan pihak lain. Menurut Heizer di dalam Widiyarti inti perbandingan kinerja ini adalah pengembangan target yang ingin dicapai, untuk kemudian mengembangkan suatu standar dibandingkan dengan pekerjaan kita sendiri.
9.Prim Masrokan mendefinisikan benchmarking merupakan kegiatan untuk menetapkan standar, baik proses maupun hasil yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. 21 Untuk kepentingan praktis, standar tersebut direfleksikan dari realitas yang ada.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan patok duga (benchmarking) adalah untuk menemukan kunci atau rahasia sukses dari sebuah lembaga pendidikan lain, lalu diadaptasi, diseleksi, dan diperbaiki untuk diterapkan pada lembaga pendidikan yang melaksanakan patok duga (benchmarking) tersebut.
Untuk menentukan kunci atau rahasia sukses dari sebuah perusahaan/organisasi ini Kaplan dan Norton memperkenalkan konsep “Faktor Penentu Kesuksesan”. Faktor Penentu Kesuksesan adalah karakteristik yang dimiliki oleh sebuah organisasi dan lingkungannya yang sangat penting bagi keberhasilan organisasi tersebut. Pada dasarnya ini merupakan aspek penting yang menjadi perhatian ekstra bagi suatu organisasi.
Secara umum manfaat yang diperoleh dari patok duga dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu:
a.Perubahan budaya .
Patok duga memungkinkan lembaga pendidikan untuk menetapkan target kinerja baru yang realistis. Proses ini berperanan besar dalam meyakinkan setiap orang dalam organisasi akan kredibilitas target yang ingin dicapai tersebut.
b.Perbaikan kinerja
Patok duga memungkinkan lembaga pendidikan untuk mengetahui adanya gap-gap tertentu dalam kinerja dan untuk memilih proses yang akan diperbaiki. Hal ini dapat bermanfaat bagi perancangan ulang suatu produk atau jasa untuk memenuhi harapan-harapan pelanggan.
c.Peningkatan kemampuan sumber daya manusia
Melalui patok duga para karyawan/sumber daya manusia dalam sebuah lembaga pendidikan akan menyadari kekurangan-kekurangannya bila dibandingkan dengan lembaga yang terbaik tersebut, sehingga timbul sebuah keinginan untuk melakukan peningkatan kemampuan dan keterampilan. Patok duga (benchmarking) merupakan suatu instrumen untuk melakukan suatu perbaikan. Benchmarking ini digunakan untuk memperbaiki mutu dari suatu produk dan pelayanan kepada pelanggan (costumer).
Benchmarking merupakan proses terstruktur untuk memperoleh perspektif baru kebutuhan costumer. Dalam dunia pendidikan benchmarking dipergunakan untuk membantu membuat sasaran-sasaran perbaikan.
Tujuan benchmarking dalam pendidikan adalah untuk memperoleh keunggulan kompetitif untuk mengidentifikasi, mengukur dan menyamai atau melebihi praktik-praktik terbaik baik di dalam maupun di luar sekolah.
Melalui benchmarking ini memungkinkan bagi sebuah lembaga pendidikan untuk mendapatkan pandangan baru terhadap praktik-praktik standar, mengidentifikasi tujuan-tujuan keunggulan, serta sebagai media untuk melakukan perbaikan dan terobosan-terobosan baru.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Strategi Benchmarking dalam bidang pendidikan adalah suatu bentuk kerja sama di antara lembaga pendidikan untuk mewujudkan suatu visi lembaganya.
B.Prinsip Strategi Benchmarking
Kata “strategy” berasal dari bahasa Yunani, yakni “stratego” yang berarti “merencanakan pemusnahan musuh lewat penggunaan sumber-sumber yang efektif”.1 Istilah strategi ini dahulunya dipakai dalam bidang ketentaraan.
Sedangkan menurut Watson strategi adalah apa yang disusun seorang pelatih sebelum suatu pertandingan besar. David mengartikan strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang, merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan/organisasi dalam jumlah yang besar.
Selain itu ditegaskan juga bahwa strategi dapat mempengaruhi kemakmuran perusahaan/organisasi dalam jangka panjang dan berorientasi masa depan. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi perusahaan/organisasi.
Sedangkan Pearce dan Robin mengartikan strategi adalah rencana berskala besar, dengan orientasi masa depan, guna berinteraksi dengan kondisi persaingan untuk mencapai tujuan perusahaan/organisasi.
Strategi adalah hal menetapkan arah kepada manajemen dalam arti orang tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan persaingan di dalam pasar.
Dengan kata lain, definisi strategi mengandung dua komponen, yakni; future intentions (tujuan jangka panjang) dan competitive advantage (keunggulan bersaing). Keduanya ini merupakan sebuah kombinasi akhir yang ingin dicapai oleh perusahaan dan bagaimana cara untuk mencapai tujuan akhir tersebut.
Strategi adalah sebuah rencana komprehensif yang mengintegrasikan resources dan capabilities dengan tujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. Strategi dalam dunia pendidikan diartikan sebagai "a plan method, or series of activities designed a particular educational goal", yang artinya strategi merupakan suatu perencanaan yang berisi tentang serangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Menurut Watson strategi adalah keteguhan suatu visi. Strategi adalah kemampuan untuk melihat arah yang hendak dituju, dan untuk melakukan hal-hal yang diperlukan agar tetap berada di jalur pencapaian tujuan tersebut.
Strategi adalah program yang luas untuk mencapai tujuan organisasi, berarti bagaimana cara melaksanakan misinya. Kata “program” dalam definisi ini mencerminkan peranan yang aktif, sadar, dan rasional yang dilakukan oleh para manajer dalam merumuskan strategi organisasi. Suatu strategi menetapkan arah yang terpadu dari berbagai tujuannya, dan membimbing penggunaan sumber daya yang diperlukan untuk menggerakkan organisasi ke arah tujuan itu.
Strategi juga dapat diartikan sebagai pola tanggapan organisasi pada lingkungannya dalam suatu kurun waktu. Strategi menghubungkan manusia dan sumber daya lainnya dalam suatu organisasi disatu pihak dengan tantangan dan resiko yang datang dari dunia luarnya di pihak lain.
Menurut Crown dalam Wahyudi mengatakan bahwa pada prinsipnya strategi dapat dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu:
(a) Formulasi Strategi
Formulasi strategi merupakan penentuan aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan pencapaian tujuan. Di mana pada tahap ini penekanan lebih difokuskan pada aktivitas-aktivitas yang utama antara lain:
(1) Menyiapkan strategi alternatif
(2) Pemilihan strategi
(3) Menetapkan strategi yang akan digunakan
Untuk dapat menetapkan formulasi strategi dengan baik, maka ada ketergantungan yang erat dengan analisa lingkungan di mana formulasi strategi memerlukan data dan informasi yang jelas dari analisa lingkungan.
(b) Implementasi Strategi
Tahap ini merupakan tahapan di mana strategi yang telah diformulasikan itu kemudian dimplementasikan, di mana pada tahapan ini beberapa aktivitas kegiatan yang memperoleh penekanan sebagai mana penjelasan Crown, antara lain: (1) menetapkan tujuan tahunan, (2) Menetapkan tujuan, (3) memotivasi karyawan, (4) mengembangkan budaya yang mendukung, (5) menetapkan struktur organisasi yang efektif, (6) menyiapkan budget, (7) mendayagunakan system, (8) menghubungkan kompensasi karyawan dengan performance organisasi.
Namun satu hal yang perlu diingat bawa suatu strategi yang telah diformulasikan dengan baik, belum bisa menjamin keberhasilan dalam implementasinya sesuai dengan harapan yang diinginkan, karena tergantung dari komitmen dan kesungguhan organisasi atau lembaga dalam menjalankan strategi tersebut.
Untuk itu lembaga pendidikan yang telah menetapkan formulasi strategi kemudian diimplementasikan, harus dapat mensosialisasikan strategi tersebut kepada seluruh warga sekolah sehingga diharapkan seluruh warga sekolah memiliki komitmen yang sama dan bersungguh sungguh dalam menjalankan strategi tersebut agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan maksimal.
(c) Pengendalian Strategi
Dalam rangka mengetahui atau melihat seberapa jauh efektifitas dari implementasi strategi, maka diperlukan tahapan selanjutnya yakni evalusi, maksudnya mengevaluasi strategi yang telah dijalankan yang meliputi sebagai berikut:
1.Mereview faktor internal dan eksternal yang merupakan dasar dari strategi yang telah ada
2.Menilai performance strategi
3.Melakukan langkah koreksi
Drucker dalam Wahyudi mengatakan bahwa suatu organisasi untuk hidup dan tumbuh harus melaksanakan operasional organisasi dengan efisien (do things right) dan efektif (do the right things) yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keefisienan dan keefektifan suatu kinerja, maka diperlukan suatu evaluasi terhadap hasil-hasil organisasi yang merupakan akibat dari keputusan masa lalu.
0 Comments